Selasa, 06 Desember 2011

METODE PELAKSANAAN PONDASI DALAM (REKAYASA PONDASI)

Latar belakang
Fungsi pondasi adalah sebagai perantara untuk meneruskan beban struktur yang ada di atas muka tanah dan gaya-gaya lain yang bekerja ke tanah pendukung bangunan tersebut. Dalam teknik pondasi kriteria tanah sesuai dengan kemampuan dalam menerima beban di atasnya yaitu tanah baik bila tanah tersebut mempunyai kuat dukung tinggi dan sebagai akibatnya penurunan yang terjadi adalah kecil. Pemilihan jenis pondasi tergantung dari beban yang akan ditahan dan kedalaman lapisan tanah kerasnya.

Pada umumnya jenis pondasi dapat digolongkan menjadi 2 tipe :
PONDASI DANGKAL
Pada pondasi tipe ini beban diteruskan oleh kolom/tiang, selanjutnya diterima pondasi dan disebarluaskan ke tanah. Dasar tanah yang menerima beban tidak lebih dari 1 sampai 2 meter dari permukaan tanah. Disini tembok-tembok, kolom, maupun tiang bangunan berdiri dengan pelebaran kaki diatas tanah dasar yang keras dan padat.
PONDASI DALAM
Pada pondasi tipe ini, beban diteruskan oleh kolom/tiang melalui perantaraan tumpuan (poer pondasi, rooster kayu/balok kayu ataupun beton bertulang) yang dipancangkan dalam tanah. Kedalaman tanah keras pada pondasi jenis ini mencapai 4 sampai 5 meter dari permukaan tanah.
MACAM PONDASI DALAM:
  • Pondasi tiang pancang (driven pile)
  • Pondasi tiang franki (franki pile)
  • Pondasi tiang bor (bored pile)
  • Pondasi tiang injeksi (injection pile) dll
PONDASI TIANG BOR ( Bored Pile )
Pelaksanaan Pondasi Tiang Bor yaitu :
Penggalian tanah dengan cara dibor sesuai dengan diameter rencana pondasi dan kedalaman pondasi.
Jika tanahnya mudah runtuh dapat diberi chasing terlebih dahulu untuk menghindari longsornya dinding lubang hasil pengeboran. Setelah chasing tertancap sisa lumpur dan material yang lain yang ada di lubang pengeboran dipompa naik.
Diberikan rangkaian tulangan kedalam lubang.
Dicor lubang tersebut dengan beton segar.

Senin, 17 Oktober 2011

Teknik Pondasi

183121pTeknik Pondasi (ada juga yang mengeja teknik fondasi) adalah suatu upaya teknis untuk mendapatkan jenis dan dimensi pondasi bangunan yang efisien, sehingga dapat menyangga beban yang bekerja dengan baik. Merupakan bagian dari ilmu Geoteknik.

Jenis-jenis pondasi
Pondasi dapat digolongkan menjadi tiga jenis:
•    Pondasi Dangkal (eng: Shallow Foundation, de: Flach- und Flächengründungen), di dalamnya terdiri dari:
- Pondasi Setempat (eng: Single Footing, de: Einzelfundament)
- Pondasi Menerus (eng: Continuous Footing, de: Streifenfundament)
- Pondasi Pelat (eng: Plate Foundation, de:Plattenfundament)
Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah,dibuat dari beton atau pasangan batu,meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah keras.
•    Pondasi KADAL (eng: Deep Foundation, de: Tiefgründungen). Digunakan untuk menyalurkan beban bangunan melewati lapisan tanah yang lemah di bagian atas ke lapisan bawah yang lebih keras. Contohnya antara lain Tiang Pancang, Tiang Bor, kaison, dan semacamnya. Penyebutannya dapat berbeda-beda tergantung disiplin ilmu atau pasarannya.contohnya: Pondasi Tiang Pancang (eng: Pile Foundation, de: Pfahlgründungen)
•    Kombinasi Pondasi Pelat dan Tiang Pancang (eng: Combination of Plate-Pile Foundation, de: Kombinierte Platten-Pfahlgründungen-KPP)
Jenis pondasi yang digunakan dalam suatu perencanaan bangunan tergantung dari jenis tanah dan beban yang bekerja pada lokasi rencana proyek.
Desain Pondasi
Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan / settlement tertentu oleh para Insinyur geoteknik dan struktur. Desain utamanya mempertimbangkan penurunan dan daya dukung tanah, dalam beberapa kasus semisal turap, defleksi / lendutan pondasi juga diikutkan dalam perteimbangan. Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan total(keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan diferensial(sebagian pondasi saja yang turun / miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi struktur yang didukungnya.
Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah terhadap pondasi( tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan, oleh karena itu para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya boleh, biasanya, sepertiga dari kekuatan desainnya.
Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjadi:
•    Beban Horizontal/Beban Geser, contohnya beban akibat gaya tekan tanah, transfer beban akibat gaya angin pada dinding.
•    Beban Vertikal/Beban Tekan dan Beban Tarik, contohnya:
- Beban Mati, contoh berat sendiri bangunan
- Beban Hidup, contoh beban penghuni, air hujan dan salju
- Gaya Gempa
- Gaya Angkat Air (eng: Lifting Force, de: Auftriebskraft)

sumber : http://sipil.utm.ac.id/component/content/article/46-berita-terkini/132-teknik-pondasi.html

Pengenalan Rekayasa Pondasi

Secara umum bangunan sipil meliputi dua bagian utama yaitu struktur bawah dan struktur atas. Struktur bawah merupakan pondasi yang berinteraksi dengan tanah dan akan memberikan keamanan bagi struktur atas. Struktur bawah sebagai pondasi juga secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Untuk konstruksi beban ringan dan kondisi lapisan permukaan yang cukup baik, biasanya jenis pondasi dangkal sudah cukup memadai untuk menopang bangunan. Tetapi untuk konstruksi dengan beban berat (misalnya high-rise building) biasanya jenis pondasi dalam adalah menjadi pilihan, dan secara umum permasalahan perencanaan pondasi dalam lebih rumit dari pondasi dangkal.
Pondasi dalam yang paling umum digunakan adalah pondasi tiang pancang (driven pile). Fungsi utama yang dimiliki pondasi dalam adalah meneruskan beban dari struktur atas ke lapisan tanah dibawahnya. Pondasi tersebut akan dipancang ke tanah sampai pada kedalaman tertentu dimana seluruh tanah telah mampu untuk menerima beban yang ada. Akan tetapi, kondisi tanah yang bervariasi menyebabkan pondasi diharuskan dapat bekerja dengan semestinya. Jika pondasi driven pile pancang pada tanah yang memiliki kondisi kurang baik namun ujung pondasi driven pile tersebut mampu menembus sebagian segmen tanah dengan kapasitas daya dukung tanah yang bagus (lapisan tanah keras), maka pondasi tersebut dinamakan bearing pile. Jika sebaliknya, ujung pondasi driven pile tersebut tidak mencapai segmen tanah dengan kapasitas daya dukung tanah yang bagus, hanya mengandalkan kekuatan pada gesekan antara tanah dan sisi driven pile, maka pondasi driven pile tersebut dinamakan friction pile. Seringkali kapasitas pembebanan akibat gaya aksial pada pondasi driven pile merupakan kombinasi dari keduanya, daya tahan ujung dan gesekan kulit pondasi driven pile dengan tanah.
Fungsi lain dari pondasi driven pile adalah untuk menahan momen akibat gaya lateral seperti beban angin dan gempa. Apabila momen maksimal pada pondasi driven pile tunggal lebih besar dari kapasitasnya, maka perlu adanya solusi perkuatan pondasi dalam konfigurasi group-pile. Di luar hal tersebut, setiap pondasi yang akan dibangun tidak diizinkan mengalami keruntuhan geser dan deformasi yang berlebihan.
Dalam mendesain pondasi untuk struktur seperti bangunan, jembatan, dan waduk, diperlukan faktor-faktor seperti (a) beban yang akan disalurkan struktur atas ke sistem pondasi, (b) standar kode perencanaan setempat, (c) perilaku dan deformasi akibat tegangan yang terjadi pada tanah yang menahan sistem pondasi, dan (d) kondisi geologi dari tanah bersangkutan.  Dua faktor yang disebutkan terakhir sangat krusial bagi seorang insinyur yang menangani pondasi bersangkutan karena menyangkut mekanika tanah.
Parameter-parameter tanah yang dibutuhkan seperti distribusi ukuran butir tanah, plastisitas, kemampatan tanah, dan kuat geser dihasilkan dari tes laboratorium. Parameter lainnya harus dicari di lokasi asalnya untuk menghindari rusaknya contoh tanah yang akan dipakai.
Dalam menentukan tipe pondasi, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah beban struktur atas, kondisi lapisan tanah bawah, dan toleransi penurunan ketinggian tanah bersangkutan. Secara garis besar, tipe pondasi dibagi menjadi 2 kategori besar, yaitu pondasi dangkal (shallow foundations) dan pondasi dalam (deep foundations). Yang termasuk pondasi dangkal adalah spread footing, wall footing, dan mat foundations.
Sedangkan, yang dapat dikategorikan sebagai pondasi dalam adalah pondasi tiang pancang (driven pile) dan pondasi bor (drilled piers). Pondasi dalam digunakan ketika lapisan atas tanah tidak memiliki daya dukung (load-bearing capacity) dan ketika penggunaan pondasi dangkal hanya akan menyebabkan kerusakan struktur dan/atau ketidakstabilan.
Lihat gambar ukuran penuh

REKAYASA PONDASI

Pondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar struktur bangunan (sub-structure) yang berfungsi meneruskan beban dari bagian atas strukturfbangunan (upper-structure) ke lapisan tanah yang berada di bagian bawahnya tanpa mengakibatkan keruntuhan geser tanah, dan penurunan (settlement) tanah/fundasi yang beriebihan. Secara umum bayangan mengenai fundasi adalah suatu konstruksi :
a. Fundasi dangkal (shallow footing) yang berupa :
  • Pondasi tapak (square footing)
  • Pondasi menerus (continous footing)
 
  • Pondasi Setempat
b. Pondasi Dalam (Deep Footing), yang antara lain : Pondasi sumuran (bored pile) dibedakan yang menggunakan casing atau tanpa cas­ing.
  • Pondasi tiang pancang
  • Pondasi caisson; yaitu macam pondasi dalam yang mempunyai diameter tiang yang besar.
 
Pada umurnnya fundasi dangkal digunakan untuk kondisi lapisan tanah keras terletak dekat permukaan, sedangkan fundasi dalam digunakan apabila lapisan tanah keras jauh dari lapisan permukaan tanah.